Persiapan lahan merupakan salah satu teknis budidaya tanaman kopi yang menentukan keberhasilan pertanaman kopi. Persiapan lahan diperlukan agar bibit yang sudah dipindahkan ke lahan dapat cepat tumbuh dengan baik dan segera mampu menghadapi keadaan lingkungan lahan yang sangat beragam terutama pada lingkungan yang kurang menguntungkan.
Areal pertanaman dapat berasal dari bukaan baru (hutan cadangan), tanah terlantar, tanah tegalan, areal peremajaan, konversi maupun rotasi dari komoditi lain. Kegiatan pokok persiapan lahan meliputi:
1. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan merupakan tahap awal yang penting dalam persiapan lahan pertanian, bertujuan untuk membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Proses ini melibatkan beberapa langkah yang memerlukan kerja keras dan waktu yang tidak sedikit. Berikut adalah tahapan utama dalam pembukaan lahan:
a. Pembongkaran Pohon dan Tunggul
Pohon-pohon, semak-semak, serta tunggul beserta akar-akarnya harus dibongkar dan dikeluarkan. Proses ini seringkali memerlukan waktu dan tenaga ekstra.
b. Pembersihan Tanaman Perdu dan Gulma
Tanaman perdu yang mengganggu dan gulma harus dibersihkan untuk menghindari kompetisi dengan tanaman yang akan ditanam.
c. Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran
Pembukaan lahan dilakukan tanpa menggunakan api, untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penggunaan herbisida juga harus dilakukan dengan bijaksana, hanya jika diperlukan.
d. Pemeliharaan Tanaman Kayu-Kayuan
Beberapa tanaman kayu dengan diameter kurang dari 30 cm dapat dibiarkan sebagai penaung tetap. Disarankan agar pohon ini dibiarkan dengan jumlah 200-500 pohon per hektar dan ditanam searah utara-selatan. Jika memungkinkan, pohon penaung ini memiliki nilai ekonomi tinggi.
e. Penyimpanan Kayu
Kayu-kayu hasil pembongkaran sebaiknya ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun untuk memudahkan pengelolaan dan tidak mengganggu area yang akan ditanami.
f. Pengendalian Gulma
Gulma dapat dibersihkan secara manual atau dengan menggunakan herbisida. Pilihan metode tergantung pada jenis gulma yang ada dan harus dilakukan secara bijaksana agar tidak merusak lingkungan.
g. Pembuatan Jalan Produksi dan Saluran Drainase
Untuk memudahkan mobilitas dan menghindari genangan air, pembuatan jalan setapak dan saluran drainase penting dilakukan.
h. Pembuatan Teras pada Lahan Kemiringan Lebih dari 30%
Pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 30%, perlu dibuat teras untuk mencegah erosi dan memastikan kelancaran proses pertanian.
2. Pengendalian Alang-alang
Pengendalian alang-alang sangat penting untuk mempersiapkan lahan yang optimal bagi tanaman kopi. Berikut adalah beberapa metode pengendalian yang bisa diterapkan secara manual, mekanis, kultur teknis, atau dengan pendekatan terpadu.
a. Pengendalian Secara Manual
Metode manual adalah cara sederhana yang dapat dilakukan tanpa peralatan berat. Langkah pertama adalah merebahkan daun dan batang alang-alang dengan menggunakan papan, potongan kayu, atau drum. Proses ini akan menyebabkan alang-alang kering dan mati, tanpa merangsang pertumbuhan tunas baru dari rimpangnya. Selain itu, tanaman yang sudah mati ini bisa berfungsi sebagai mulsa, yang membantu menjaga kelembaban tanah.
b. Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian mekanis dilakukan dengan pengolahan tanah yang dapat mengurangi jumlah alang-alang di lahan. Penebasan alang-alang akan mengurangi persaingannya dengan tanaman kopi, meskipun metode ini bersifat sementara dan perlu dilakukan secara rutin, setidaknya sebulan sekali. Setelah alang-alang terkendali, lahan pun siap untuk ditanami kopi dengan tahapan yang sesuai.
c. Pengendalian dengan Kultur Teknis
Metode kultur teknis menggunakan tanaman penutup tanah leguminosa (PTL) yang dapat membantu mengendalikan pertumbuhan alang-alang. Beberapa jenis PTL yang sesuai untuk daerah tropis antara lain Centrosema pubescens, Pueraria javanica, dan Mucuna sp. Langkah pertama adalah menyemprotkan herbisida pada alang-alang dengan model lorong, dengan lebar lorong 2 meter dan jarak antar lorong 4 meter. Setelah alang-alang kering, buat dua alur tanam sedalam 5 cm dengan jarak antar alur 70 cm. Selanjutnya, benih PTL dicampur dengan pupuk SP-36 sebanyak 24 kg/ha dan ditaburkan di dalam alur yang telah dibuat. Setelah itu, tutup alur dengan tanah setebal 1 cm. Ketika tajuk PTL tumbuh, ia akan menutupi alang-alang, sehingga tanaman tersebut mati.
d. Pengendalian Secara Terpadu dengan Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Herbisida
Pendekatan terpadu melibatkan pengendalian dengan pengolahan tanah minimum dan penggunaan herbisida. Langkah pertama adalah menyemprotkan herbisida sistemik pada alang-alang yang sedang tumbuh aktif. Setelah alang-alang mati dan kering, lakukan perataan dengan cara merebahkannya. Kemudian, tanaman semusim dapat ditanam dengan cara tugal sebagai precropping. Bersamaan dengan itu, lahan sudah siap ditanami tanaman penaung dan kopi, mengikuti tahap-tahap yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Jarak Tanam dan Lubang Tanam

Pada penanaman kopi, pengaturan jarak dan lubang tanam sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal. Di lahan miring, penanaman dilakukan mengikuti kontur atau teras, sementara di lahan datar dengan lereng kurang dari 30%, barisan tanaman mengikuti arah Utara-Selatan. Jarak tanam disesuaikan dengan tipe kopi yang ditanam sebagai berikut:
- Kopi Arabika Tipe Katai (misalnya: Kartika 1 dan Kartika 2): Jarak tanam 2,0 m x 1,5 m.
- Kopi Arabika Tipe Agak Katai (misalnya: AS 1, AS 2K, Sigarar Utang): Jarak tanam 2,5 m x 2,0 m.
- Kopi Arabika Tipe Jangkung (misalnya: S 795, Gayo 1, Gayo 2): Jarak tanam 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m.
- Kopi Robusta: Jarak tanam 2,5 m x 2,5 m atau 3,0 m x 2,0 m.
- Kopi Liberika: Jarak tanam 3,0 m x 3,0 m atau 4,0 m x 2,5 m.
Ukuran lubang tanam juga sangat penting dan bergantung pada tekstur tanah. Untuk tanah yang lebih berat, ukuran lubangnya harus lebih besar. Ukuran ideal lubang tanam adalah 60 cm x 60 cm pada permukaan dan 40 cm x 40 cm pada bagian dasar, dengan kedalaman 60 cm. Lubang sebaiknya dibuat sekitar 6 bulan sebelum penanaman kopi untuk memastikan persiapan yang matang.
Untuk tanah yang kurang subur, disarankan untuk menambahkan pupuk hijau dan pupuk kandang. Setelah pembuatan lubang, pastikan untuk menutupnya 3 bulan sebelum tanam kopi, menjaga agar batu, padas, dan sisa-sisa akar tidak masuk ke dalam lubang tanam.
Selama proses persiapan lahan, area kosong dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman semusim sebagai pre-cropping. Jenis tanaman ini bisa berupa keladi, ubi jalar, jagung, atau kacang-kacangan, yang dipilih berdasarkan kebutuhan petani, peluang pasar, dan iklim mikro setempat. Dengan demikian, semua langkah ini membantu menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan kopi yang sehat dan produktif.
4. Pengendalian Erosiย
Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi tanah, terutama di perkebunan kopi yang berada pada lahan dengan kemiringan cukup tinggi. Masalah ini kerap muncul pada periode persiapan lahan dan masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), saat tanah masih terbuka dan rentan terhadap kerusakan akibat air hujan. Namun, ketika tanaman kopi telah dewasa dan tajuknya menutupi seluruh permukaan tanah, risiko kerusakan akibat air hujan akan berkurang secara signifikan.
Pada lahan dengan kemiringan yang tinggi, aliran permukaan menjadi lebih intens dan memicu terjadinya erosi. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan erosi yang sesuai dengan kondisi kemiringan lahan. Berikut adalah strategi pengendalian erosi berdasarkan tingkat kemiringan lahan:
- Kemiringan < 8%: Tidak memerlukan pembuatan teras, cukup dengan menggali rorak (saluran kecil untuk mengendalikan aliran air).
- Kemiringan 8โ45%: Memerlukan teras bangku kontinu atau teras sabuk gunung disertai dengan rorak.
- Kemiringan > 45%: Sebaiknya lahan tidak digunakan untuk budidaya kopi. Lahan ini lebih cocok untuk ditanami pohon kayu-kayuan atau dialokasikan sebagai hutan cadangan/hutan lindung. Namun, jika tetap digunakan untuk kopi, diperlukan teras individu.
Jenis dan Teknik Pembuatan Teras
- Teras Bangku
Teras bangku dibuat dengan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah untuk membentuk struktur seperti tangga. Teras ini tidak cocok untuk tanah yang mudah longsor atau memiliki kedalaman tanah yang dangkal. Dalam pembuatan teras bangku, perlu diperhatikan aspek kesuburan tanah agar tetap mendukung pertumbuhan tanaman. - Teras Individu
Teras individu adalah perataan tanah di sekitar tanaman dengan diameter sekitar 1โ1,5 meter. Jenis teras ini cocok untuk lahan yang sangat miring (kemiringan lebih dari 45%). - Teras Sabuk Gunung
Tahapan pembuatan teras sabuk gunung meliputi:
- Membuat garis kontur dan menandainya dengan ajir.
- Menyesuaikan jarak antar garis kontur dengan jarak tanam.
- Memulai perataan tanah dari ajir terasan paling atas.
- Mencangkul tanah 1 meter di depan garis kontur dan menariknya ke belakang untuk membentuk bokongan teras.
- Memadatkan tanah hasil galian agar tidak mudah terbawa oleh air hujan.
5. Rorak

Merawat tanaman kopi agar tetap produktif menjadi impian setiap petani. Namun, tantangan seperti erosi tanah, drainase yang buruk, dan penurunan kesuburan sering kali menjadi penghalang utama.
Solusi sederhana namun efektif ternyata sudah lama dikenal dalam praktik budidaya kopi, yaitu lubang rorak. Teknik ini bukan hanya membantu mengelola air hujan dan menjaga kesuburan tanah, tetapi juga mendukung konservasi lahan secara menyeluruh. Apa sih sebenarnya lubang rorak dan bagaimana penerapannya dapat membawa manfaat besar bagi tanaman kopi, yuk kita bahas!
Lubang rorak merupakan galian yang dibuat di dekat tanaman kopi utama untuk menampung pupuk organik sekaligus berfungsi sebagai saluran drainase. Teknik ini dirancang untuk mengelola air hujan dengan menampung dan meresapkannya ke dalam tanah, memperlambat aliran permukaan, mencegah erosi, dan mengkonservasi lahan perkebunan.
Pada lahan kering, disarankan membuat 30 lubang rorak per hektar dengan ukuran 120 x 40 x 40 cm. Jarak ideal antara rorak dan batang pokok tanaman berkisar 75โ100 cm, disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman dan lebar teras yang tersedia. Di lahan landai hingga agak miring, jarak vertikal antara rorak berkisar 10โ15 meter, sedangkan di lereng curam jaraknya lebih rapat, sekitar 3โ5 meter.
a. Pengisian dan Pemeliharaan Rorak
Rorak diisi hingga โ kedalamannya dengan bahan organik seperti serasah, hasil pemangkasan ranting kopi, hasil penyiangan gulma, kompos matang, atau pupuk kandang. Setelah pengisian, rorak ditutup dengan tanah atau plastik transparan untuk menjaga kelembapan, mempercepat proses dekomposisi, dan menciptakan kondisi optimal bagi pembentukan kompos.
Bahan organik di dalam rorak akan terurai secara alami dan dalam waktu sekitar satu tahun biasanya penuh hingga sejajar dengan permukaan tanah. Jika rorak pertama sudah penuh, buat rorak baru di sisi lain tanaman untuk melanjutkan sistem ini secara berkelanjutan.
b. Pemanfaatan Kompos dari Rorak
Kompos yang dihasilkan dari rorak dapat digunakan sebagai pupuk organik dengan cara menaburkannya di sekitar piringan tanaman kopi, pada jarak 1 meter dari batang utama. Area ini juga harus dijaga bebas dari gulma untuk mendukung pertumbuhan optimal tanaman.
Untuk mempercepat proses dekomposisi, tambahkan larutan pengurai atau dekomposer sesuai dosis. Siramkan larutan ini ke bahan organik dalam rorak, lalu tutup dengan plastik yang dilapisi tanah setebal 5โ10 cm.
Kompos dapat dipanen dalam waktu 4โ6 minggu, tetapi pastikan sudah matang sebelum digunakan untuk menghindari risiko penyebaran penyakit pada tanaman. Dengan penerapan teknik lubang rorak yang tepat, petani tidak hanya dapat meningkatkan kesuburan tanah dan hasil panen, tetapi juga berkontribusi pada konservasi lahan yang berkelanjutan.