Cabai rawit merupakan sayuran semusim yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 0-700 mdpl. Tanaman cabai rawit dapat tumbuh dengan baik apabila memenuhi syarat lingkungan yang sesuai, seperti lingkungan yang memiliki suhu udara 18-27โ, kelembapan udara 50-80%, curah hujan 600-1250 mm/tahun, dan pH tanah 5-6. Cabai rawit dapat dipanen pada 60-90 hari setelah tanam (HST). Cabai rawit jika dirawat dengan maksimal mampu menghasilkan 12-20 ton per hektar dalam sekali tanam. Adapun pembudidayaan cabai rawit idealnya dilakukan di lahan luas dan terbuka, agar tanaman mendapat paparan sinar matahari yang cukup, sirkulasi udara yang baik, serta memudahkan tanaman dalam mengakses air dan hara di dalam tanah.
1. Pemilihan Varietas yang Akan Ditanam
Langkah awal dalam penanaman cabai rawit di tanah yaitu memilih varietas cabai rawit yang akan ditanam. Pemilihan varietas yang akan ditanam perlu disesuaikan dengan kondisi lahan dan iklim pada lahan yang akan ditanam, agar tanaman dapat tumbuh optimal dan menghasilkan buah cabai rawit dengan kondisi baik.
Varietas cabai rawit yang paling populer di Indonesia yaitu varietas Bara, Pelita, Rawita, Dewata, dan Taruna. Varietas tersebut memiliki daya unggul seperti bentuk, rasa, hasil produktivitas, dan kemampuan adaptasi tanaman terhadap cekaman dan hama penyakit.
2. Pengolahan Tanah

Cabai rawit dapat tumbuh baik dengan kondisi tanah yang gembur maupun lempung berpasir. Sebelum menanam cabai rawit, tanah perlu diolah agar tanaman cabai rawit tumbuh subur dan hasil panen maksimal. Adapun langkah persiapan lahan meliputi pemilihan lokasi, pembersihan dan penggemburan lahan, pembuatan bedengan, serta pemeriksaan pH tanah.
- Pilih lokasi dengan kondisi lahan yang gembur dan luas yang cukup. Usahakan lahan bukan merupakan lahan bekas tanam dari famili yang sama (Solanaceae), seperti terong, kentang, tomat, dan paprika.
- Bersihkan lahan dari gulma atau bebatuan.
- Gemburkan lahan dengan menggunakan cangkul atau traktor dengan kedalaman 30-40 cm
- Lahan harus terkena sinar matahari 1-2 minggu sebelum tanam, agar patogen tular tanah dapat mati dan tidak menginfeksi tanaman cabai rawit.
- Buat bedengan dengan tinggi 40-50 cm, lebar 60-70 cm, dan jarak antar bedengan 50 cm.
- Periksa pH tanah. Apabila pH tanah kurang dari 5,5 maka tambahkan kapur dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha dengan cara ditabur di atas bedengan pada 2-4 minggu sebelum waktu tanam. Bedengan didiamkan selama 1-2 minggu sebelum akhirnya siap ditanami di lahan.
3. Pemupukan Dasar

Sebelum penanaman cabai rawit di lahan, lakukan pemupukan dasar dengan menambahkan bahan organik dalam tanah. Tujuan perlakuan pemupukan dasar agar ketersediaan unsur hara alami di tanah dapat memenuhi kebutuhan tanaman, serta kualitas tanah menjadi subur.
Pemupukan dasar dilakukan dengan menambahkan pupuk kandang dengan dosis 500 kg per 1000 m2 dengan cara disebar di atas bedengan. Apabila tanah kurang gembur, kamu bisa tambahkan pupuk NPK sebanyak 43 kg, pupuk TSP sebanyak 60 kg, dan pupuk KCl sebanyak 66 kg per 1 ton pupuk kandang agar unsur hara di tanah meningkat.
4. Pemasangan Mulsa Perak

Pemasangan mulsa perak diperlukan agar hasil produksi cabai rawit lebih tinggi dengan kualitas cabai rawit yang sangat baik. Adapun manfaat pemasangan mulsa yaitu suhu dan kelembapan tanah terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tidak mudah kering, meminimalisir penguapan pupuk kimia, mencegah tumbuhnya gulma, serta mencegah timbulnya hama dan penyakit.
Pemasangan mulsaย dilakukan setelah bedengan telah terbentuk dan pemupukan. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan pada pukul 09.00-14.00, agar mulsa lebih mudah melar dan mampu menutupi permukaan bedengan. Adapun teknik pemasangan mulsa sebagai berikut:
- Gunakan mulsa plastik hitam perak dengan panjang 100-125 cm. Mulsa dipasang dengan bagian perak menghadap atas. Pada kedua ujung mulsa, dipasang ajir bambu agar mulsa dapat menutupi bedengan.
- Bedengan dibiarkan 5-7 hari agar tanah dapat menyerap unsur hara dari pupuk.
- Sehari sebelum pindah tanam, lubangi mulsa dengan diameter 10 cm, dengan jarak tanaman 50 x 70 cm (musim hujan) atau 40 x 50 cm (musim kemarau).
5. Penyiapan dan Perlakuan Benih

Benih cabai rawit yang dipilih untuk ditanam setidaknya harus memenuhi beberapa persyaratan. Benih cabai rawit yang dipilih haruslah berkualitas tinggi, agar tanaman cabai rawit tumbuh menjadi sehat dan produktif.
Benih cabai rawit juga perlu disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim di wilayah yang akan ditanam. Selain itu, benih cabai rawit harus dipilih dari varietas yang baik dengan kondisi sehat dan bebas dari penyakit. Ciri-ciri benih yang baik yaitu benih utuh, tidak kotor, dan utuh (tidak cacat).
Benih harus dilakukan perendaman sebelum disemai. Tujuan dari perendaman benih pada air hangat agar masa dormansi benih dapat dipatahkan, sehingga benih mudah berkecambah dalam tanah. Untuk mempercepat benih berkecambah, kamu harus merendam benih cabai rawit di dalam air hangat dengan suhu 30-40โ selama 12 jam.
6. Penanaman Cabai Rawit

Penanaman cabai rawit di lahan perlu dilakukan penyemaian dalam tray semai atau polybag. Tujuan penyemaian benih cabai rawit yaitu menciptakan kondisi optimal dalam perkecambahan benih dan benih mampu tumbuh dengan baik dan cepat. Setelah penyemaian, bibit cabai rawit dapat dipindahkan pada bedengan agar tanaman cabai rawit tumbuh pada ruang tumbuh yang cukup dan optimal.
a. Penyemaian
- Benih cabai rawit perlu disemai terlebih dahulu selama 3-4 minggu. Penyemaian dapat dilakukan di tray semai/polybag diameter 10 cm dengan media tanam campuran tanah dan pupuk kompos/organik dengan perbandingan 1:1.
- Basahi terlebih dahulu media tanam, kemudian buat lubang dan masukkan benih cabai rawit dengan kedalaman 0,5 cm dan tutup dengan tanah tipis.
- Pastikan tanaman cabai rawit memiliki naungan agar terhindar dari panas dan hujan, dan pasang jaring agar hama tidak menyerang tanaman.
- Tutup dengan daun pisang selama 2 hari untuk mengurangi kelembaban dan mempercepat proses perkecambahan.
b. Pindah Tanam
- Bibit cabai rawit dipindahkan ke bedengan setelah berumur 20-25 hari atau memiliki 4-5 helai daun. Bibit yang dipilih yaitu bibit yang baik dengan penampilan bibit segar dan tidak terserang hama dan penyakit.
- Pindah tanam ke bedengan dapat dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-10.00 atau sore hari pukul 15.00-17.00.
- Siram bedengan terlebih dahulu. Buat lubang tanam dengan jarak tanam 50 x 70 cm (musim hujan) atau 40 x 50 cm (musim kemarau), namun pemilihan jarak tanam perlu disesuaikan dengan varietas yang ditanam dan musim saat penanaman.
- Pindahkan bibit secara hati-hati beserta media tanamnya sekitar 3 cm dari persemaian.
- Tanam bibit pada lubang tanam dengan tambahkan tanah sedikit dan padatkan agar bibit cabai rawit tumbuh tegak.
- Siram bibit dengan air, pastikan kadar airnya terpenuhi.
- Setelah penanaman cabai rawit di bedengan selesai, pasang ajir dari bambu dengan tinggi 1-1,25 m, jarak dengan batang 10 cm, dengan bagian ajir yang menancap tanah sekitar 25-30 cm. Hati-hati saat memasang ajir agar akar tanaman tidak rusak.
- Ikat batang tanaman cabai rawit dengan tali rafia pada ajir bambu agar tanaman tetap tegak.
7. Penyulaman
Penyulaman adalah usaha untuk mengganti bibit tanaman dengan kondisi kurang sehat (rusak/kerdil/mati) dengan bibit baru yang lebih sehat. Tujuan penyulaman bibit tanaman cabai agar bibit tanaman cabai yang rusak dapat diganti segera, agar kondisi tanaman cabai rawit tetap baik dan menghasilkan buah yang maksimal.
Penyulaman dilakukan dengan mencabut bibit tanaman yang rusak dan menanam bibit baru. Usahakan agar bibit cabai rawit baru memiliki umur tanam yang sama, agar pertumbuhan cabai rawit seragam dan serempak. Penyulaman sebaiknya dilakukan saat 7-14 hari setelah tanam (HST).ย
8. Penyiraman Rutin

Tanaman cabai membutuhkan tanah dengan kelembaban yang sesuai agar perakaran cabai mampu menyerap zat air dengan mudah, serta tanaman cabai rawit tumbuh optimal. Penyiraman sebaiknya dilakukan secara teratur pada pagi dan sore hari.
Saat umur tanaman masih muda, penyiraman harus dilakukan secara berkala. Pastikan air yang disiram cukup dan tidak berlebihan agar tanaman cabai rawit tidak busuk.
9. Penyianganย

Penyiangan gulma dilakukan secara berkala untuk menjaga lahan agar tetap bersih. Gulma harus dicabut karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman cabai rawit.
Selain itu, penyiangan gulma dilakukan karena gulma yang tumbuh di sekitar tanaman cabai rawit akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi dalam tanah. Penyiangan gulma dapat dilakukan pada 30 dan 60 hari setelah tanam (HST), namun apabila ditemukan rumput saat pemantauan tanaman maka rumput harus dicabut sesegera mungkin.ย
Penyiangan gulma sebaiknya dilakukan menggunakan garpu tanah, sabit, atau parang agar gulma dapat tercabut hingga akarnya dan menghindari adanya luka goresan pada tangan. Jangan lupa gunakan sarung tangan saat melakukan penyiangan gulma, yaa!
10. Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan penting dilakukan karena tanaman memerlukan zat hara yang cukup dalam mendukung pertumbuhan tanaman cabai rawit. Pemupukan susulan pada cabai rawit dilakukan pada pada umur 15, 28, dan 42 hari setelah tanam (HST).
Pemupukan dapat menggunakan pupuk urea (NPK) dengan dosis 200-300 kg/ha, KCl dengan dosis 250-300 kg/ha, ZA dengan dosis 300-400 kg/ha, dengan waktu pemberian pupuk sebanyak 3 kali, dengan dosis masing-masing sebanyak โ dosis keseluruhan per minggunya. Lakukan pemupukan dengan memasukkan pupuk dengan menggali area kiri dan kanan tanaman cabai rawit, lalu segera ditutup agar tidak menguap.
11. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pertumbuhan tanaman cabai rawit dapat terganggu apabila tanaman terserang hama dan penyakit. Oleh sebab itu, pengamatan (monitoring) hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit diperlukan agar pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Hama umum yang sering menyerang cabai rawit yaitu thrips (Thrips parvispinus), ulat grayak (Spodoptera litura), kutukebul (Bemisia tabaci),ย kutu daun (Aphis spp.), dan tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.).
Adapun penyakit umum yang sering menyerang cabai rawit yaitu penyakit antraknosa (Colletribum capsici, Colletribum gloeosporides), bercak daun (Cercospora capsici), penyakit virus keriting kuning (Geminivirus sp.), layu Fusarium (Fusarium oxysporum), layu bakteri Ralstonia (Ralstonia solanacearum), dan virus mosaik (Begomovirus spp.). Apabila ditemukan hama dan penyakit pada tanaman cabai, lakukan eradikasi dan pengendalian segera, agar tanaman cabai rawit tetap tumbuh dengan baik.
12. Panen Cabai Rawit

Cabai rawit dapat dipanen setelah berusia sekitar 60-90 hari setelah tanam (HST). Ciri-ciri cabai rawit yang siap dipanen meliputi buah cabai rawit yang benar-benar tua, berwarna merah cerah, hijau kemerahan, atau hitam kemerahan, dan terlihat segar.
Panen cabai rawit dapat dilakukan setiap 3-7 hari sekali, dengan waktu panen pada pagi ataupun sore hari. Interval pemanenan berlangsung dalam 12-20 kali hingga tanaman berumur 1 tahun.
Pemanenan cabai rawit dapat dilakukan dengan cara memetik buah cabai rawit beserta tangkai buahnya menggunakan gunting/tangan. Pastikan saat memetik cabai rawit, perlu memetik buah dengan tangkai buahnya agar buah cabai rawit tidak cepat membusuk.
13. Perlakuan Hasil Panen
Setelah pemanenan, cabai rawit dikumpulkan pada keranjang. Bersihkan cabai rawit dari sisa-sisa tanah atau kotoran yang menempel dengan kain. Cabai rawit perlu dilakukan proses curing. Proses curing bertujuan agar warna cabai rawit semakin cantik saat dipasarkan.
Adapun prosesnya dengan menghamparkan buah cabai rawit di tempat teduh agar panas dari lapang dapat terbuang. Setelah itu, cabai rawit yang layak dan tidak layak dijual perlu dilakukan pemisahan (sortasi). Cabai rawit dikemas menggunakan pengemasan kedap udara.